Magetan, 20/4 (Regional.Roll) – Petani jeruk Pamelo di Kabupaten Magetan, Jatim, masih kesulitan memasarkan sendiri hasil panen mereka.
Pengurus Kelompok Tani Sumber Mas, Desa Tambakmas, Kecamatan Sukomoro, Sukar, Senin, mengatakan, sampai saat ini pemasaran pamelo masih dilakukan oleh pedagang pengepul lokal secara perorangan.
“Sistem penjualan kami biasanya buah jeruk yang sudah siap panen langsung dibeli dengan harga yang disepakati kedua oleh pihak atau disebut dengan sistem “tebasan”. Meski akhirnya dijual ke luar kota seperti Semarang dan Jakarta, keuntungan kami juga belum maksimal,” katanya.
Bahkan menurut dia, sejumlah pengepul terkadang membeli ketika buah belum saatnya panen. Pihaknya sangat berharap agar pemasaran jeruk Pamelo dapat dilakukan secara profesional melalui kontrak kerja sama.
“Kami ingin, pemasaran jeruk kami diperhatikan oleh pemda setempat agar harga jual jeruk kami tinggi,” katanya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, manajemen pengolahan dan pemasaran jeruk pamelo setelah panen yang masih belum terlalu diperhatikan ini membuat harga jual jeruk di tingkat petani berbeda jauh dengan harga jual di tingkat konsumen.
“Saat ini harga jual di tingkat petani hanya Rp2.000 per buah. Sedangkan di pasaran harga bisa mencapai Rp5.000 hingga Rp7.000 per buah. Ini masih diperparah lagi jika jeruk dari daerah lain seperti Sulawesi dan Bali juga panen. Sehingga stok di pasaran menumpuk,” terangnya.
Selain itu, lanjutnya, kendala lainnya adalah jika jeruk terserang penyakit, kerugian petani bisa berlipat ganda. Idealnya, tanaman jeruk bisa dipanen pertama pada usia tiga tahun dan selanjutnya bisa dipanen hingga lima kali. Setelah lima kali panen petani harus mengganti tanaman jeruknya.
“Namun, kebanyakan petani tidak mengganti tanaman jeruknya karena juga terkendala benih. Meski bantuan benih jeruk dari pemerintah daerah setempat juga diberikan sesekali,” katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Tanaman Holtikultura, Dinas Pertanian Magetan, Agus Supriatna, mengakui, jika keluhan dari petani tersebut dipengaruhi juga oleh kurangnya promosi dari Pemerintah Kabupaten Magetan. Meski demikian, pihaknya didukung pihak terkait telah berupaya untuk meningkatkan komoditas asli Magetan ini.
“Kita akan gencar berpromosi dengan menjadikan jeruk Pamelo sebagai salah satu ikon daerah Magetan selain dikenal dengan Telaga Sarangan,” katanya.
Selain itu, pihaknya juga memberikan bantuan modal bagi kelompok tani yang ada untuk bantuan benih, pupuk, obat-obatan, dan penyuluhan teknologi tanaman,” katanya menambahkan.
Daerah Magetan yang terkenal sebagai sentra penghasil Jeruk Pamelo adalah Kecamatan Bendo, Takeran, Sukomoro, dan Kawedanan (Betasuka). Luas lahan yang dikembangkan untuk komoditas ini mencapai 1.979 hektare dengan jumlah produksi mencapai 278.620 kuintal per tahun. (
Tidak ada komentar:
Posting Komentar